Monday 24 November 2014

Terancam Kelaparan, Warga Belatung Akan Direlokasi

Putussibau. Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu langsung mengambil langkah-langkah setelah mendengar warga Dusun Belatung Kecamatan Putussibau Selatan mengalami krisis pangan. Selain mempersiapkan bantuan pangan untuk selama tiga puluh hari oleh Pemkab Kapuas Hulu, pihak kecamatan pun sedang mengupayakan relokasi.
Camat Putussibau Selatan, Serli SSos MSi mengatakan sudah menyusun rencana proposal pembangunan rumah betang bagi warga Dusun Belatung. Mereka rencananya akan direlokasi ke pusat Desa Tanjung Lokang. Proposal tersebut direncanakan akan di teruskan ke pemerintah pusat melalui kementerian terkait. “Kuncinya, warga Dusun mesti mau dipindahkan. Sehingga rencanan pembangunan rumah betang bisa terealisasi,” katanya, Minggu (23/11).
Dusun Belatung  merupakan perkampungan paling akhir di sungai Kapuas. Penduduknya berjumlah 23 Kepala Keluarga (KK) dengan  95 jiwa. Masing-masing  50 laki-laki dan 55 perempuan. Saat ini warga Dusun Belatung sedang mengalami krisis pangan, sehingga terancam kelaparan karena tidak memiliki makanan. Krisis pangan terjadi karena warga mengalami gagal panen akibat sempat mengalami kemarau panjang.  Karena padi mereka pada mati, saat ini warga Dusun Belatung hanya mengkonsumsi sagu dan ubi kayu.
Terungkapnya krisis pangan yang dialami warga Dusun Belatung, karena 10 orangtua membuat surat izin agar anak-anaknya yang sedang menempuh pendidikan di SD Pilial agar diliburkan selama dua bulan, yaitu bulan Nopember – Desember. Sebab, anak-anak mereka akan dibawa masuk ke hutan untuk mencari sagu dan makanan lainnya. “Maksud saya di Dusun Belatung untuk tempat usaha saja. Karena pemukiman yang jauh dan sulit di jangkau membuat pemerintah sulit memantau warganya. Karena untuk mencapai Belatung butuh waktu lama dan biaya mahal,” kata Serli.
Dusun Belatung berada di Desa Tanjung Lokang. Wilayahnya berada di sekitaran kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK). Dari Kota Putussibau untuk menuju Desa Tanjung Lokang saja membutuhkan waktu berjam-jam. Rute dilalui hanya jalur sungai Kapuas dengan menggunakan longboat yang penuh riam dan jeram. Dibeberapa titik bahkan longboat harus ditarik dan dipikul, agar lolos dari jeram.
Sementara dari pusat Desa Tanjung Lokang menuju Dusun Belatung medannya lebih sulit lagi. Paling cepat membutuhkan dua hari berjalan kaki menelusuri jalan setapak serta beberapa perbukitan. Sedangkan bila menggunakan jalur sungai, harus menempuh Riam dan jeram, yang sangat berbahaya dilalui. “Kami sudah mengusulkan bantuan untuk dua bulan bagi warga belatung. Masing Rp 20 juta untuk transportasi, Rp 20 juta untuk biaya pikul dan Rp 50 juta. Sehingga total anggaran untuk bantuan sebesar Rp 90 juta,” ungkap Serli.
Pihak kecamatan, lanjut Serli terus berupaya mengusulkan berbagai bantuan ke Dusun Belatung. Baik bentuknya darurat hingga rencana relokasi jangka panjang. “Rata-rata memang di perhuluan sungai Kapuas semuanya serba tinggi, apalagi di Dusun Belatung yang merupakan dusun paling ujung dan sulit ditempuh. Biaya angkutan barang bisa tiga kali lipat dari harga barang yang di bawa, misalnya gula, harganya Rp 11 ribu/kg harganya bisa Rp 25-30 ribu/kg,” demikian Serli.

No comments:

Post a Comment