Monday 23 October 2017

Pontianak Bejuta Mimpi, Bukti Musisi Tak Lupa Kota Kelahirannya

“Sejaoh ape pun kau pegi,          
Pontianak melekat di hati
Kampong halaman tempat kembali        
Dimane lahernye semue janji
Pontianak bejuta mimpi…”

Itulah penggalan lirik lagu Pontianak Bejuta Mimpi buah karya musisi asal Kota Khatulistiwa. Lagu ini hadiah di Hari Jadi (Harjad) Kota Pontianak ke-246 dari musisi papan atas Indonesia.
“Alhamdulillah Wa Syukurillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena tanpa karunia-Nya, tiada sanggup sebuah project ini terwujud,” kata vocalis yang juga producer Muhammad Irfan Hadari Govinda mewakili Cinte Khaltulistiwa Project Pontianak Bejuta Mimpi, Minggu (22/10).
Musisi kelahiran Kota Pontianak ini mengatakan, Pontianak Bejuta Mimpi diciptakan oleh para musisi asli Kota Pontianak. Bermula dari silaturahim para musisi yang merantau, mengadu nasib dan telah memutuskan untuk hidup dan menghidupi di Jakarta.
“Didorong juga dengan besarnya kecintaan, kerinduan kami kepada tanah kelahiran, kampong halaman kami Kota Pontianak Kalimantan Barat,” jelas Irfan Govinda.            
“Akhirnya lahirlah sebuah lagu yang berjudul: Pontianak Bejuta Mimpi, sekaligus menjadi persembahan kami untuk Kota Pontianak yang hari ini merayakan hari jadinya yang ke-246,” sambung vocalis yang akan menyanyikan lagu Pontianak Bejuta Mimpi di puncak Harjad Kota Pontianak ke-246.
Lagu ini menceritakan perasaan setiap manusia yang lahir ataupun hanya sekedar singgah di Kota Pontianak yang harus mengadu nasib di daerah lain. Pasti mereka memiliki kerinduan akan setiap sisi kota ini yang bertabur kenangan yang telah dijalani. Suasananya beda, tempat berkumpul keluarga dan sahabat. Beragam macam kuliner yang selalu membuncahkan kerinduan akan Kota Pontianak.
“Layaknya sebuah ungkapan masyarakat Pontianak: “barang siape minom aek Kapuas, die akan balek agik ke sini, ke Kote Pontianak,” ungkap Irfan dengan bahasa melayu Pontianak-nya yang kental.
Selain dirinya, Irfan mengatakan, musisi yang berpartisipasi dalam karya sederhana ini meliputi Amer Fikri/Avanindra (guitarist-arranger) dan Hendri Lamiri/Arwana (violinist). Ada juga Andi Irfanto/Captain Jack-Stars & Rabbits (drummer), Mc Anderson Ajung/Sidepony (guitarist), Tambie Pocaro/D’Jons (bassist) dan segenap insan musik, videografi, fotografi, tari, komedian, tata busana dan sebagainya. “Kami berharap karya sederhana ini dapat diterima oleh setiap “Budak Pontianak” di manapun berada, baik di Kota Pontianak atau pun di belahan dunia lainnya,” harapnya.           
Siapa saja yang terlahir atau pun sekedar singgah di Kota Pontianak, Irfan berharap lagu ini menjadi syair pengobat rindu akan Kota Pontianak. Penuh kenangan, cerita, suasana, juga berbagai macam hal baik lainnya. “Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah berpartisipasi, mencurahkan kecintaan dan kerinduannya di dalam sebuah karya sederhana ini,” sambung Irfan. 
Setiap insan yang mendengarkan lagu ini, selamat memutar kembali kenangan yang telah dilalui. “Mohon ampun dan maaf jikalau karya sederhana ini ada yang terasa kurang, salah atau pun tidak                sebagaimana mestinya,” ungkap Irfan merendah.        
“Semoga lagu ini memberikan nilai-nilai positif dan menumbuhkan kecintaan kepada kota tercinta, Kota Pontianak. Akhir kata, kami yang mengatasnamakan Cinte Khatulistiwa Project sebagai bentuk kolaborasi musisi dan insan seni lintas generasi Kota Pontianak, mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kota Pontianak yang ke-246, teruslah besar dan bersinar, juga berkembang menjadi kota yang maju, sejahtera dan berbudaya,” katanya lagi.
Diakui Irfan, Pontianak Bejuta Mimpi karya musisi Kota Pontianak kini telah sukses di kancah musik nasional. Lagu yang akan mereka persembahkan spesial untuk Kota Pontianak itu, proses video klipnya sudah selesai. Beberapa tempat yang menjadi ikonik kota yang di lewati garis Khatulistiwa itu pun tak ketinggalan menjadi sasaran utama mereka.
“Syuting empat hari di Pontianak. Tempatnya pun merupakan ikonik Kota Pontianak seperti Masjid Jami Abdurrahman, Masjid Raya Mujahidin, Katedral, Alun-alun Kapuas, Tugu Khatulistiwa dan D'gulist, Pasar Flamboyan, Sungai Kapuas, Kelenteng serta warung kopi,” papar Ifan.
Semua elemen yang ada di Kota Pontianak mereka cover masuk dalam video klip. Semua yang berbau Pontianak, tidak hanya tempat-tempatnya saja, tetapi ada juga rumah zapin yang membudayakan corak insang. Kata Ifan, nantinya semua bisa dilihat, minimal di youtube.
“Itu ade empat Production House Budak Pontianak yang kolaborasi membuatnye, ade Tujuh Semut & Owl Films & Haldream & Vkids yang membuat video klipnye,” jelas Ifan dengan logat Pontianak.
Beberapa model asal Kota Pontianak juga mereka libatkan. Seperti Chintya Fabyola yang merupakan Putri Indonesia asal Kalbar dan Andi Jepank, local talent Pontianak untuk model utamanya. Ada juga Nadia Sarosa untuk tari melayu dan Didit Kecot untuk pencak silatnya serta Hadi dan Uke rumah jepin untuk fashion Tari Dayak.
Dijelaskan Ifan Govinda, hari ini, Senin (23/10) dia dan musisi asal Kota Pontianak akan menyerahkan karya ini secara simbolis dalam bentuk plakat, CD audio dan DVD video klip kepada Wali Kota Pontianak H. Sutarmidji, SH, M.Hum selaku perwakilan Pemerintah Kota Pontianak. Kemudian Sultan Pontianak IX Sy. Machmud Melvin Alkadrie, SH sebagai perwakilan Istana Kadriyah Pontianak tonggak awal budaya Kota Pontianak. “Jika tidak ada halangan saya dan kawan-kawan di Jakarta akan release #PontianakBejutaMimpi di Indonesian Morning Show NET Tv,” tutupnya.


Sunday 22 October 2017

Bendera Malaysia Berkibar di Lahan Perkebunan Wilayah Indonesia

WARGA yang bermukim di kawasan perkebunan sawit PT Ledo Lestari, Desa Semunying Jaya, Kecamatan Jagoi Babang, Bengkayang dikejutkan dengan penemuan bendera Malaysia yang berkibar di kawasan patok batas.
“Bendera Malaysia itu ditemukan Senin (16/10) pukul 09.20 wib di area PT. Ledo Lestari,” kata Kapolres Bengkayang AKBP Permadi Syahids Putra, SIK, MH melalui Kasat Intelkam AKP Wahyu Hartono kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (21/10/2017).
Tak hanya pemasangan bendera Malaysia dan bendera negara bagian Sarawak yang dipaku di batang sawit. Warga juga menemukan pancang cat merah yang dipasang secara sepihak oleh warga Malaysia bernama Sukri dan Wil. “Mereka mengatakan memiliki surat-surat tentang tanah dari kepala desanya di Malaysia,” jelasnya.
Dia mengatakan, berdasarkan hasil pengecekan di lapangan, pemasangan bendera Malaysia dan bendera negara bagian oleh Sukri dan Wil tak jauh dari patok batas RI-Malaysia D.441 sampai dengan D.446. Bendera Malaysia yang dipasang melewati batas patok dan menyeberangi tanah Indonesia. “Kawasan tersebut masuk wilayah pengawasan patroli patok Pospamtas KM 28 Yonif 642/Kps,” tegas Wahyu.
Pemasangan bendera dan pancang cat merah itu merupakan klaim dari Sukri dan Wil kepada perusahaan PT Ledo Lestari. Parahnya lagi, kedua warga jiran itu memetik atau memanen buah sawit milik PT Ledo Lestari dengan dalih lahan perkebunan itu masuk wilayah Malaysia.  “Ketika kami lakukan pengecekan di lapangan, melibatkan Asisten Kebun (Askeb) PT Ledo Lestari Rian Suherman, Patop 642/Kps Kapten Ctp N Nasir Uwen, Danpos Pamtas Km28 Sertu Wahid, Danpos Semunying Letda Inf Benny dan Dantim SGI Tim 2/Bky Lettu Inf B Sijabat, lahan yang diklaim sudah ditanami 831 batang sawit milik PT Ledo Lestari. Sawit itu ditanam pada tahun 2007 namun diklaim oleh Sukri dan Wil pada 2017,” ungkapnya.
Dia mengatakan, berdasarkan keterangan Patop 642/Kps Kapten Ctp N Nasir Uwen, tidak boleh berdiri di patok batas berupa bendera salah satu negara, kecuali batas patok dan papan plang yang bertuliskan nama kota batas. Menyikapi itu, Jumat (20/10) sekitar pukul 16.30 wib, Kapolsek dan Danramil Jagoi Babang beserta anggotanya melakukan pengecekan kembali ke lokasi kebun PT Ledo Lestari. Kemudian mengkonfirmasi Askeb PT Ledo Lestari 1 Rian Suherman.  “Menurut keterangan dari Rian, bahwa Rabu (18/10) yang bersangkutan sempat mengecek kembali ke lokasi ditemukannya pemasangan bendera Malaysia bersama Satgas SGI Inteldam Lettu Inf B. Sijabat dan Danpos Libas Semunying serta Danpos Libas Jongkong (Sambas). Saat itu bendera Malaysia tersebut masih berkibar,” ujarnya.
Menurut Rian, kata AKP Wahyu, Sukri dan Wil mengklaim sawit tersebut milik mereka. Kedua warga Malaysia itu mengaku memiliki bukti kepemilikan perkebunan sawit itu dari perangkat desanya. “Rian menerangkan sudah ada upaya melakukan pertemuan dengan Sukri dan Wil. Namun mereka tidak berada di kediamannya. Pihak perusahaan akan melibatkan Kapolsek dan Danramil Jagoi Babang, apabila nanti akan dilakukan pertemuan dengan Sukri dan Wil,” papar Wahyu.
Terpisah, Kepala Penerangan Kodam XII/Tpr Kolonel Inf Tri Rana Subekti mengatakan, bendera Malaysia dan bendera negara bagian Sarawak di kawasan perkebunan sawit PT Ledo Lestari Desa Semunying Jaya sudah dicabut warga negeri jiran itu sendiri. Permasalahannya sudah selesai. “Saya sudah tanya Dandim, bendera itu sudah dicabut dia, karena itu masih wilayah kita,” katanya dihubungi Rakyat Kalbar, Sabtu (21/10) malam.
Lanjut Tri Rana, aparat terkait yang berada di wilayah tersebut juga telah mendatangi lokasi bendera ditancapkan. “Bersama  dengan kepolisian, kita sudah cek ke sana,” ujar Kolonel Inf Tri Rana.
Dia mengatakan, pasukan yang ada di beranda terdepan menjaga kedaulatan negara ini. Untuk itu, patroli rutin digelar supaya patok tidak digeser sehingga pencaplokan kedaulatan dari negara tetangga tidak akan terjadi. “Untuk patroli di perbatasan, jika menemukan patok bergeser, tetap harus segera kita laporkan, prosedurnya begitu,” tutupnya.

Saprahan 210 Meter Libatkan 270 Warga

SEBAGAI kontribusi terhadap Hari Jadi Kota Pontianak yang ke 246, warga lima RT dan satu RW di Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, menggelar saprahan besar-besaran. Upaya melestarikan budaya ini sudah ketiga kalinya diselenggarakan.
Yang luar biasa, kegiatan tersebut terselenggara berkat swadaya masyarakat setempat. Mereka saling menyumbang untuk acara itu.
"Di setiap rumah, lauk pauknya kita sudah tentukan menu nya. Siapa yang bisa memasak sambal haji dolah, paceri nanas, ya masak itu. Jadi tidak terpusat. Setiap rumah ada tugas masing-masing," ungkap Ketua RT 3/RW 1 Gang Bansir 2, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Ade Hermanto, Sabtu (21/10) pagi.
Saprahan tersebut mereka lakukan, ia menerangkan, sebagai bentuk melestarikan budaya agar tidak punah ditelan kemajuan zaman. Supaya generasi muda mengetahui dan belajar adat istiadat saprahan.
"Jadi ini makan bersama, sama derajatnya. Tidak ada perbedaan suku, ras, agama, dan kedudukan. Untuk melestarikan budaya yang ada, dan ini merupakan ide dari masyarakat," jelas Ade.
Saprahan ini difokuskan di Gang Bansir 2. Sajian makanannya tersusun rapi tanpa menghilangkan kearifan lokal cara penyajiannya. Sepanjang sekitar 210 meter, melibatkan sekitar 750 warga.
Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, dan Kapolsek Pontianak Selatan, Kompol A. Mukhtar, terlihat menghadiri acara ini. Sebelum memulai makan saprahan, warga setempat mempersembahkan tarian tradisional kepada tamu.
Ade melanjutkan, tidak hanya mengenalkan budaya, saprahan juga untuk mempererat silaturahmi. Para tamu yang hadir tidak ada yang dibedakan. “Ibarat pepatah mengatakan, duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” tuturnya.
Lanjut dia, Wakil Wali Kota Edi Kamtono berencana memecahkan rekor MURI untuk saprahan terpanjang. Ade sangat mendukung wacana tersebut. "Kami apresiasi ide dari Wakil Wali Kota sehingga kami siap untuk mensukseskan rekor MURI tahun depan," tukas Ade.
Usai makan, Edi menjelaskan, saprahan yang digelar warga Bansir merupakan tradisi setempat dalam memeriahkan Hari Jadi Kota Pontianak. Makan saprahan, kata dia, merupakan budaya Melayu dalam menyambut atau menghormati tamu, yang diimbangi kesenian budaya seperti pakaian khas Telok Belanga dan Baju Kurung.
"Dengan adanya kegiatan ini, semoga bisa meningkatkan silaturahim dan melestarikan serta mengangkat budaya khas Melayu," ucapnya.
Edi meminta ada inovasi pada acara saprahan mendatang. Ia membenarkan wacana membuat rekor MURI saprahan terpanjang. Ancer-ancer upaya memecahkan rekor tersebut dilaksanakan di Gang Bansir yang melingkar hingga ke gang sebelahnya. "Sehingga, kalau kita hitung, panjang dan pesertanya bisa mungkin ribuan, dengan varian makanan yang khas," jelas mantan Kepala Dinas PU Pontianak ini.
Nah, ia menerangkan, jika kegiatan itu bisa dikemas dan terorganisir, mendatangkan pertumbuhan ekonomi tersendiri. "Masyarakat luar bisa datang dan kita bisa berikan space khusus untuk mereka, sama-sama untuk makan saprahan ini dan ini merupakan destinasi wisata unggulan juga," imbuh Edi.
Untuk menarik wisatawan dari luar negeri ikut saprahan di Pontianak, ia menyebut cukup mudah dilakukan. “Kita streaming di media social, kita bumbui dengan entertain dan hal-hal yang membuat nilai plus untuk membuat mereka penasaran dan akhirnya datang," pungkasnya.

Saturday 21 October 2017

Kado Spesial Musisi Khatulistiwa, Mempersembahkan #PontianakBejutaMimpi

KALANGAN musisi asal Kota Khatulistiwa yang sukses di kancah nasional turut memeriahkan Hari Jadi (Harjad) Kota Pontianak ke 246. Mereka akan mempersembahkan karya terbaik untuk tanah kelahirannya.
Sebuah project bertajuk #CinteKhatulistiwaProject dengan lagu yang berjudul #PontianakBejutaMimpi. Diantaranya dilantunkan Muhammad Irfan Hadari alias Ifan Govinda. Dia merupakan vocalist Govinda Band. Sementara Amer Fikri selaku arangger sekaligus gitaris. Andi Irfanto yang lebih dikenal dengan Andi Captain Jack, drummer dari band papan Stars & Rabbit dan Captain Jack.
Ada juga Tambie Pocaro mengisi posisi bass. Dia merupakan bassist D'jons Band. Tak ketinggalan personil Sidepony Band, musisi berbakat Kalbar yang juga berprofesi sebagai sound designer dan scoring maker di beberapa film nasional. Dia adalah Mc Anderson lebih dikenal dengan Ajung Sidepony.
Terakhir adalah musisi senior Kalbar. Penggesek biola yang tak asing bagi warga Kota Pontianak, Kalbar dan Indonesia pada umumnya bahkan cukup dikenal di kancah internasional, Hendri Lamiri Arwana Band. Alunan instrumen yang dia sajikan akan membuat para pendengar terbawa alunan biolanya.
Pencipta lagu #PontianakBejutaMimpi, Ifan Govinda mengatakan, nantinya akan mereka merilis lagu tersebut bertepatan dengan Harjad Kota Pontianak ke 246 pada 23 Oktober 2017. “Ini bermula dari silaturahmi kawan-kawan musisi Pontianak yang hidup dan menghidupi Kota Jakarta. Kita ingin memberikan sesuatu, konstribusi, hadiah untuk ulang tahun kita Pontianak ke-246. Alhamdulillah bisa tercapai,” jelas Ifan kepada Rakyat Kalbar, Kamis (19/10/2017).
Lagu tersebut menceritakan tentang geografis Kota Pontianak. Salah satu bait lagu itu adalah "terbentang gares khatulistiwe, Sungai Kapuas membelah kote". Selain menggambarkan betapa indahnya Kota Pontianak, lagu itu juga menonjolkan berbagai etnis yang harmonis, budaya, wisata, hingga kulinernya.
Musik yang mengiringi #PontianakBerjutaMimpi, selain biola, juga menggunakan alat musik tradisional seperti akordeon, sapek dan tar atau rebana. Tak hanya musisi asal Kota Pontuanak saja yang terlibat dalam lagu yang akan mereka rilis itu, tetapi ada juga musisi nasional yang turut membantu.
“Music Director oleh Alvin Lubis, Co Music Director oleh Amer Fikri, Vocal Director oleh Irvan Nat, Backing Vocal oleh Ebby dan Akordeon dari Windy Setiadi. Kemudian Mixing Asmoro Jati, Mastering oleh Hok Laij,” jelas Ifan.
Dia tak berharap yang muluk-muluk dari lagu yang diciptakannya dan didukung oleh para musisi handal di dalamnya. Menurut Ifan, lagu itu nantinya bisa didengar oleh semua elemen, baik dari anak-anak hingga orangtua. Sehingga nantinya bisa menjadi manfaat.

Luar Biasa, Pontianak Pecahkan Rekor Khataman Alquran dan Pokok Telok

LUAR biasa. Kota Pontianak memecahkan rekor Khataman Alquran terbanyak dan dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Betapa tidak, 27.649 peserta membeludak memenuhi Masjid Raya Mujahidin halamannya, Sabtu (14/10/2017) di Jalan Ahmad Yani. Tak hanya itu, pokok telok (telur) juga turut memecahkan rekor dengan mencatat sebanyak 2.369 batang.
Manager MURI Andre Purwardono mengatakan, Khataman Alquran massal yang digelar di Kota Pontianak ini sangat luar biasa ramainya. Menurutnya, kegiatan ini memecahkan rekor sebelumnya yang dibukukan oleh Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 12.500 peserta. “Khataman Alquran massal di Kota Pontianak berhasil memecahkan rekor sebanyak 27 ribu lebih peserta,” ujarnya.
Sementara itu, rekor lainnya yang juga dipecahkan Kota Pontianak adalah pokok telok dengan jumlah total sebanyak 2.369 batang. Jumlah tersebut memecahkan rekor sebelumnya yang dicatat Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau sebanyak 2.025 pokok telok. “Semoga dengan adanya kegiatan ini bisa membuat Kota Pontianak semakin berkah, aman dan tentram, tidak ada pergesekan antara satu sama lainnya,” ungkap Andre.
Wali Kota Pontianak H. Sutarmidji, SH, M.Hum mengatakan, Khataman Alquran massal ini dalam rangka Hari Jadi (Harjad) Kota Pontianak ke-246. Pesertanya melibatkan 27 ribu lebih pelajar mulai dari tingkat SD hingga SMA sederajat. Jumlah tersebut, kata dia, tingkat sekolah pendidikan sama dengan satu angkatan. “Kita mau lihat program Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak yakni siswa tamat SMP harus sudah khatam Alquran dan itu berjalan baik. Sehingga program ini dikatakan sukses,” katanya.
Menurut Sutarmidji, pelaksanaan khataman ini juga sebagai pendidikan karakter anak, harus dimulai dengan ajaran agama. Tujuannya memperkuat pendidikan karakter. “Dan untuk memperkuat pemahaman ajaran agama, mereka harus memahami isi kandungan kitab suci agamanya masing-masing.  Termasuk salah satunya Alquran sebagai kitab suci umat Islam,” sebutnya.
Rangkaian Khataman Alquran, para peserta disajikan hidangan makanan ayam panggang, pulut kuning dan sebagainya. Makanan tersebut ikut melengkapi sebagai salah satu pelestarian adat budaya melayu Pontianak. “Hari ini kita juga memecahkan rekor MURI pokok telok terbanyak. Pokok telok ini kan budaya melayu Pontianak dan Kalbar. Lebih dari dua ribu yang dibawa oleh para peserta khataman Alquran,” ungkap wali kota dua periode ini.
Dijelaskannya, pokok telok, sajian hidangan pulut kuning dan ayam panggang tersebut merupakan satu kesatuan dalam rangkaian kegiatan atau budaya Khataman Alquran di Kota Pontianak. “Banyak hal yang bisa kita gali dan promosikan dalam Khataman Alquran maupun hal-hal bersifat tradisional,” ucap Sutarmidji.

Fitra Al Hadi, 13, salah seorang peserta Khataman Alquran mengaku senang bisa ikut serta dalam kegiatan ini bersama teman-teman di sekolahnya. “Saya sudah setahun belajar mengaji dengan guru ngaji. Saya yang datang ke rumah guru ngaji,” kata siswa kelas VIII SMP 14 Kota Pontianak tersebut.

Sunday 4 June 2017

Jangan Salah Kaprah Mengartikan Kafir

SETELAH lama vakum, hati saya kembali tergugah mengisi rubrik ini. Tema pilihan saya yaitu kafir, kata yang saat ini menjadi perdebatan di tengah-tengah masyarakat.
Tokoh-tokoh Agama Islam, terutam Ulama atau Ustaz, kerap menggunakan kata kafir untuk kaum yang bukan beragama Islam. Ternyata, nonmuslim tidak terima disebut demikian, lantaran kafir didefinisikannya sebagai orang yang tidak beragama.
Benarkah kafir diartikan sebagai orang yang tidak memiliki agama? Agar kita tidak salah kaprah, saya mencoba mencari arti atau makna kata ‘kafir’.
Sebenarnya, kata kafir berasal dari Bahasa Arab. Tetapi, sejauh ini sudah dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia. Karena telah menjadi kata serapan Indonesia.
Sejatinya, kita tidak perlu menjadi Ahli Bahasa Indonesia untuk mengetahui arti dari kata kafir. Cari saja di Kamus-kamus Bahasa Indonesia, pasti akan ketemu. Mau praktisnya lagi, berselancar saja ke dunia maya. Cari saja website-website Kamus Bahasa Indonesia.
Dari sekian banyak Kamus Bahasa Indonesia Online, setidaknya kata kafir memiliki arti yang sama. Kafir yaitu orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Itu saya temukan di situs http://kbbi.web.id/, http://kamusbahasaindonesia.org/, https://www.kamusbesar.com/, dan http://www.kamus-kbbi.com/. Sementara  di  http://kbbi.kemdikbud.go.id/ juga sama, hanya ada penambahan Allah Swt.
Sedangkan jika mencari arti kata kafir di situs https://id.wikipedia.org/, bahkan kita memperoleh jawaban yang lebih spisifik. Kafir merupakan Bahasa Arab. Dalam syariat Islam  diartikan sesuai etimologi sebagai “Orang yang menutupi kebenaran Allah”. Istilah ini mengacu kepada orang yang menolak Allah , atau orang yang bersembunyi, menolak atau menutup dari kebenaran akan agama Islam.
Masih di Wikipedia, secara etimologi kata kafir memiliki akar kata K-F-R yang berasal dari kata kufur yang berarti menutup. Pada zaman sebelum datangnya Agama Islam, istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang, kemudian menutup (mengubur) dengan tanah.
Sehingga kata kafir bisa diimplikasikan menjadi “Seseorang yang bersembunyi atau menutup diri”. Dengan demikian, kata kafir menyiratkan arti seseorang yang bersembunyi atau menutup diri.
Jadi menurut syariat Islam, manusia kafir yaitu seorang yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rasul Muhammad Saw sebagai utusan-Nya.
Berdasarkan berbagai penjelasan ini, sesungguhnya istilah kafir telah terang benderang. Kafir adalah orang-orang yang tidak mengakui Allah Swt sebagai Tuhan dan Muhammad Rasulullah Saw sebagai utusan-Nya.
Siapa yang tidak mengakui Allah Swt dan Rasulullah SAW? Tentu mereka yang tidak meyakini Islam sebagai agama yang haq. Sehingga, salah besar bila ada yang mendefinisikan kafir sebagai orang-orang yang tidak beragama.
Subtansi kafir pun secara gamblang telah diterangkan dalam Alquran, Kitab Suci Agama Islam, yaitu dalam Surah Alkafirun ayat 1-6 yang artinya “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Surah Alkafirun tegas dan jelas, tidak ada menyebutkan terhadap orang yang tidak beragama. Melainkan, umat Islam tidak menyembah apa yang disembah umat agama lain.
Sebaliknya, agama lain pun tidak menyembah Allah Swt yang diyakini umat Islam sebagai satu-satunya Tuhan. Bahkan dipertegas lagi dengan untukmu agamamu dan untuk kaum muslim agama Islam. Bukankah ini clear and clean.
Sebagai penutup. Jangan kita memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu. Jangan pula masuk ke ranah agama orang lain jika tidak memahaminya. Dan, bukankah setiap agama memiliki dogma masing-masing? SEMOGA MENCERAHKAN!!!