Sunday 7 September 2014

Aktivitas PETI di TNBK Rambah Zona Inti

Putussibau. Maraknya aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) sudah saatnya menjadi perhatian. Apalagi aktivitas tersebut ada yang masuk ke dalam zona inti, yang seharusnya tidak boleh diganggu gugat.
Dudi Kurniawan, Kasi P3 (Perlindungan, Pengawetan dan Pemetaan) Balai Besar TNBK menuturkan selaku pemangku kawasan tentu pihaknya memiliki tanggungjawab menjaga TNBK, termasuk dari aktivitas PETI. Sehingga pihaknya juga sangat mendukung upaya Tim Penanggulangan PETI Kapuas Hulu. "Saat ini kita masih mempelajari kondisi aktivitas PETI di kawasan Betung Kerihun," ujarnya, Kamis (4/9).
Menurut Dudi, pihaknya sudah menyampaikan ide dan pandangan terkait aktivitas PETI di kawasan lindung TNBK kepada tim. Pihaknya bersama Tim Penanggulangan PETI akan lebih mengedepankan cara-cara pre-entif dan preverentif. "Kita masih mendata beberapa titik dan luasan aktivitas PETI ini, tapi yang jelas banyak terjadi di Bungan Jaya dan Tanjung Lokang. Kalau luasnya kita belum kalkulasikan, tapi secara kasat mata aktivitas PETI itu ada. Baik di sungai, tepian sungai, dan lain-lain," ungkapnya.
TNBK memiliki luas sekitar 8.000 hektar dibagi kedalam enam zona. Yaitu zona inti, khusus pemukiman, pemanfaatan, rimba, tradisonal dan religi. Dari keenam zona ini, seharusnya tidak boleh ada aktivitas PETI. Apa lagi zona inti, yang tidak diperbolehkan ada aktivitas apapun. Tapi, nyatanya di zona inti ini malah ada aktivitas PETI. "Kemarin kita telah melakukan pertemuan dengan seluruh Kepala Desa (Kades) se-Kecamatan Putussibau Selatan di kantor camat. Kita jelaskan kepada mereka mengenai aktivitas PETI ini. Kita juga baru-baru ini ada melakukan patroli untuk melihat kondisi aktivitas PETI di kawasan TNBK," ungkap Dudi.
Diakui Dudi, aktivitas mencari emas ini memang sudah turun temurun dilakukan masyarakat, tapi dikerjakan secara tradisional. Namun belakangan, mesin-mesin berkapasitas besar sudah masuk untuk melakukan penambangan emas. "Kalau melihat ini, ada indikasi masyarakat di sana dibantu warga luar, mungkin saja sebagai cukongnya," ulasnya.
Aktivitas PETI ini, kata Dudi tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga membahayakan bagi manusia. Sebab PETI selalu menggunakan merkuri. "Mungkin, dampaknya kekita sekarang tidak kelihatan, tapi akan berakibat fatal bagi anak dan cucu kita nanti. Tidak hanya bagi masyarakat Kapuas Hulu, tapi juga Kalbar karena sungai Kapuas sudah tercemar. Ikan yang dimakan menjadi tidak sehat dan bahkan hasil penelitian kualitas air Kapuas sudah tidak layak," terangnya.
Upaya membangun kesadaran masyarakat agar tidak melakukan aktivitas PETI harus terus dilakukan. Begitu pula dengan pengawasan peredaran mercuri mesti diperketat. "Saat pertemuan kemarin, berdasarkan laporan Camat Putussibau Selatan, ada anak yang lahir dalam keadaan cacat atau tidak sempurna. Ini merupakan salah satu dampak buruk akibat air sungai tercemar merkuri," tutup Dudi.

No comments:

Post a Comment