Tuesday 26 February 2013

Setiap Tahun Menerima TKI Telantar

Putussibau. Memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, setiap tahunnya Kabupaten Kapuas Hulu menerima Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang telantar. Mereka kemudian dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.
Pada 2012 lalu, terdapat belasan TKI yang sudah dipulangkan bidang Sosial Disnakertransos Kapuas Hulu. “Selain menangani korban musibah dan korban sosial lainnya serta orang gila, pengemis, gelandangan, yang jadi wewenang kita juga mengurus masalah TKI telantar. Setiap tahun kita pasti menangani TKI telantar. Tahun lalu ada belasan yang kita pulangkan. Sementara tahun ini belum ada,” terang Abdul Azis, Kabid Sosial di Disnakertransos Kapuas Hulu.
Para TKI yang dipulangkan ke kampung halamannya semua datang dari Malaysia. Mereka biasanya kabur dari tempat kerja. Baik yang bekerja sebagai TKI legal maupun ilegal. Selama berada di Kapuas Hulu dan tidak ada ongkos pulang, mereka akan dibiayai. “Asalkan mereka melapor atau memberitahukan kepada kita,” ujar Abdul Azis.
Untuk penanganannya, Disnakertransos akan bekerja sama dengan pihak kepolisian. Pasalnya untuk mengecek apakah benar mereka ini TKI dan bukan residivis atau penjahat. “Kita dan Kepolisian nanti akan menerbitkan surat sebagai orang telantar,” tukasnya.
Karena Disnakertransos tidak memiliki tempat penampungan, maka selama ini para TKI telantar dititipkan di kantor polisi. Namun mereka bukan berarti disel. “Paling lama sehari mereka berada di kantor polisi. Setelah itu mereka kita biayai untuk transportasi dan uang makan selama perjalanan ke Pontianak. Mereka ini juga kita bekali surat pengantar untuk dibawa ke Dinas Sosial Provinsi Kalbar. Nanti baru provinsi yang memulangkan TKI-TKI ini ke kampung halaman mereka,” jelasnya.
Terkait tempat penampungan, sebenarnya Disnakertransos memiliki wacana membangunnya. Karena faktor dana, hal itu belum bisa direalisasikan. Selain itu, TKI telantar yang ditangani Kapuas Hulu belum banyak dan terlalu sering. Sebab mengenai penampungan, saat ini masih bisa ditangani. “Membangun rumah penampungan memerlukan dana yang tidak sedikit, juga dibutuhkan sarana dan prasarana lain dan bahkan personel. Untuk jangka panjang mungkin perlu, namun saat ini dirasakan belum mendesak. Sebab masih banyak kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih mendesak dari rumah penampungan,” pungkasnya.