Wednesday 20 February 2013

Masih Amankah Negeri Ini ?

Tindak kriminalitas di negeri ini rasa-rasanya sudah sampai tahap mengkhawatirkan. Dari Sabang sampai Merauke muncul  berbagai pola dan model kejahatan. Mulai dari kejahatan konvensional seperti  mencuri kecil-kecilan hingga perampokan, atau pembunuhan, korupsi, pelecehan seksual dan kejahatan lainnya. Merilis data dari Mabes Polri, pada tahun 2012 bahkan setiap 91 detik muncul tindakan kejahatan. Padahal bila dibandingkan tahun 2011, angka kejahatan pada 2012 menurun.
Ironi, sebagai negara hukum, tapi warganya sangat gemar melakukan kejahatan. Sehingga tidak lah berlebihan bila Indonesia digadang-gadang sebagai negeri kriminalitas. Seolah-olah kejahatan di Indonesia tumbuh begitu suburnya. Setiap 91 detik pasti ada saja kejadian tindak kriminalitas di Indonesia. Yang lebih membuat kita prihatin, kejahatan besar seperti membunuh pun sangat mudah dilakukan seseorang. Bahkan kadang-kadang hanya persoalan sepele nyawa seseorang melayang.
Apakah nilai-nilai kemanusian warga negara yang menganut asas Pancasila ini telah luntur. Sehingga kasus-kasus pembunuhan sering terjadi di tanah air ini. Lihat saja tindak kejahatan konvensional, intensitas dan kualitasnya dirasakan semakin meningkat. Baik Pencurian dengan kekerasan (curas) maupun perampokan. Tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi merambah ke daerah terpencil.  Pelaku tidak segan-segan melukai korbannya. Bahkan sudah banyak kejadian selain harta dikuras, nyawa korbannya pun dihabisi.  Setiap menjalankan aksinya pelaku selalu membekali dirinya dengan senjata tajam bahkan senjata api. Tidak peduli korbannya cedera atau mati sekali pun.
Apa sebenarnya yang salah dinegeri tercinta ini? Dimana seharusnya hukum dijunjung tinggi, tapi toh kejahatan tetap menjadi-jadi. Hukum seolah-olah tiada arti bagi pelaku kejahatan. Akibatnya masyarakat pun merasa tidak aman berada dinegerinya sendiri. Masyarakat hidup dalam was-was. Pasalnya jangankan dimalam hari, siang pun kejahatan kerap mengintai.
Memang banyak faktor penyebab kejahatan terjadi. Katanya sih, tingkat kriminalitas ada hubungannya dengan tingkat kesejahteraan suatu negara. Karena warga negaranya banyak yang hidup dalam kemiskinan, maka tingkat kriminalitasnya tinggi pula, begitu juga sebaliknya. Begitu pula dengan banyaknya pengangguran, maka akan menciptakan banyak kejahatan jalanan. Walau pun ada benarnya, namun layak kah kemiskinan dan alasan mengganggur menjadikan seseorang berbuat nekat memilih jalan pintas. Padahal masih banyak cara lain untuk meningkatkan kesejahteraan.
Faktor lain membuat seseorang mudahnya berbuat kejahatan adalah minuman keras dan narkoba. Akibat pikiran dipengaruhi miras dan narkoba seseorang berbuat nekat. Bahkan tidak sedikit pelaku pencurian merupakan pecandu narkoba.
Kemudian kalau kita lihat kebanyakan pelaku kejahatan adalah residivis. Artinya bahwa pelaku sebelumnya sudah pernah masuk penjara, bahkan berulang-ulang kali. Baik itu dalam kasus yang sama atau lainnya. Ini bertanda, bahwa hukuman yang diberikan selama ini tidak mampu mengubah perilaku seseorang residivis ini. Penjara seolah-olah tidak  membuat mereka jera. Sebab hukuman bagi pelaku kejahatan di Indonesia dianggap beberapa kalangan masih ringan.
Kriminalitas memang tidak bisa dihilangkan dari muka bumi ini. Yang bisa hanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pencegahan. Ini tentu menjadi tugas bersama. Namun peran pemerintah lah yang lebih dominan. Kalau faktor kemiskinan yang menjadi penyebab utama, maka pemerintah harus lebih mensejahterakan masyarakatnya. Kalau pengangguran alasannya, maka pemerintah harus bisa menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Begitu pula dengan minuman keras dan narkoba, yang juga disebut-sebut pemicu tindak kejahatan harus diberantas.
Selain itu hukum pun harus tegas. Jangan pandang bulu. Siapa pun pelakunya harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. Jangan pula hukum hanya tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.