Saturday 20 December 2014

FSBM ke-X Dibuka, Ribuan Warga Padati Stadion Uncak Kapuas

Putussibau. Pembukaan Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) ke-X tingkat Provinsi Kalimantan Barat di Kabupaten Kapuas Hulu berlangsung meriah. Ribuan warga Kapuas Hulu dan Kalbar pada umumnya memadati lokasi kegiatan di Stadion Uncak Kapuas, Putussibau, Kamis (18/12) malam.
Ketua Panitia Pelaksana FSBM ke-X, Drs H Hasan M MSi mengatakan, seni budaya melayu telah hidup dan tersebar di Kalbar. Ini merupakan, hasil kreativitas dari seni dan tokoh melayu lainnya. Seni budaya melayu ini menjadi khazanah melayu di Kalbar. “Adanya MABM (Majelis Adat Budaya Melayu) di seluruh kabupaten/kota di Kalbar, sebagai wadah untuk menjaga melayu yang ada di Kalbar. Hal ini sesuai dengan visi dan misi MABM,” ujar Hasan.
Pembukaan FSBM ke-X ditandai ditekannya tombol serine oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar Drs M Zeet Hamdi Assovie MTM yang langsung disambut dengan pesta kembang api. Kemeriahan pada pembukaan yang dihadiri ribuan warga ini begitu kentara. Dalam acara pembukaan ini hadir pula Wakil Bupati Kapuas Hulu Agus Mulyana SH MH, Anggota DPRI RI dapil Kalbar dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Abdurrahmi, Bupati Melawi Firman Muntaco, mantan Bupati Kapuas Hulu Abang Tambul Husin, jajaran Forkompinda Kapuas Hulu dan tamu undangan lainnya.
Ketua Umum MABM Kalbar, Prof Dr Chairil Efendy menganggap pelaksanaan FSBM kali ini sangat istimewa. Sebab, diadakan di jantung Pulau Kalimantan atau yang biasa disebut dengan Heart of Borneo. Sehingga sangat tepat bila Kapuas Hulu mendeglarasikan dirinya sebagai Kabupaten Konservasi. Dengan hutannya, Kapuas Hulu memberikan kehidupan, bukan hanya kepada Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia. “Dari wilayah inilah Sungai Kapuas yang ribuan kilometer panjangnya itu, dan membelah sejumlah kota di Kalbar menjadi salah satu sungai terpanjang di dunia,” kata Chairil.
Selain itu, kata Chairil, Kapuas Hulu memiliki dua taman nasional, yaitu Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK). Danau Sentarum begitu besar, luas dan cantik. Begitu pula dengan Betung Kerihun merupakan wilayah rain forest-nya sangat eksotis, kaya akan flora dan fauna, kaya akan plasma nutfah. Kapuas Hulu adalah paru-paru dunia bersama dengan hutan hujan di Brazil. Bila wilayah ini rusak, maka ekosistem dunia menghadapi malapetaka. “Dengan ini tekad Bupati Kapuas Hulu serta seluruh masyarakat daerah ini, untuk menjadikan wilayahnya sebagai Kabupaten Konservasi. Tekad mulia itu harus kita dukung bersama, karena menyangkut kelangsungan hidup umat manusia,” tegas Chairil.
Sedangkan terkait pelaksanaan FSBM ke-X, Chairil mengatakan adat sebagai kebiasaan yang turun-temurun perlu ditata dan dikembangkan. Sebab, adat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia. Sebagaimana manusia, adat juga selalu berubah. Adat berkembang sesuai dengan perubahan zaman. “Dalam perubahan zaman, yang sangat cepat seperti sekarang ini, kita harus hati-hati menjaga dan mengembangkan adat,” imbau Chairil.
Bupati Kapuas Hulu AM Nasir SH menambahkan kegiatan FSBM ke-X yang selama enam hari di Putussibau ini diharapkan berjalan aman dan tertib. FSBM tentunya menjadi sarana strategis untuk meningkatkan khazanah budaya melayu di Kalbar. Sebab, Kalbar merupakan provinsi yang memiliki keragamam budaya, adat istiadat dan lainnya. Yang tidak kalah penting di FSBM ini diharapkan dapat mempererat silaturahmi, antara semua suku di Kalbar. “Dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini, banyak pemuda tidak mengenal seni budayanya. Maka dengan adanya FSBM, merupakan upaya MABM Kalbar dan kabupaten/kota untuk melestarikan budaya melayu kepada generasi muda,” ujar Nasir.
Dengan digelarnya FSBM, lanjut Nasir dalam rangka melestarikan kebudayaan melayu yang mulai punah di tengah masyarakat. “Kepercayaan untuk menjadi tuan rumah FSBM ke-X ini menjadi kehormatan yang sangat tinggi dari MABM Kalbar kepada Pemkab dan seluruh masyarakat Kapuas Hulu,” ucap Nasir.
Sekda Kalbar, M Zeet dalam sambutannya mengatakan Kalbar harus siap menghadapi era perekonomian global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015. Sebagai anggota Asean, mau tidak mau Indonesia, termasuk Kalbar harus siap memasuki era perekonomian global MEA. Sebab, seluruh negara Asean sudah sepakat untuk tidak membatasi barang, jasa maupun investasi, bahkan diberikan kemudahan, baik izin maupun prosedur yang sederhana. “Akibatnya MEA tersebut tentunya akan berdampak masuknya budaya asing ke Indonesia yang tak disadari, tak dapat dicegah dan tak dapat disaring lagi,” ujar M Zeet.
Apalagi, menurut Sekda, saat ini perkembangan zaman dan derasnya pengaruh globalisasi yang melanda dunia sebagai akibat dari kemajuan informasi dan teknologi, tidak dapat dihindari. Ini tentunya akan terjadi benturan dengan budaya luar yang masuk dalam komunitas masyarakat adat. Bila tidak hati-hati dihindari dalam menyaring dan menyikapi masuknya paham-paham, norma dan perilaku budaya asing dari luar terutama yang destruktif, maka gilirannya akan merusak mental, merubah perilaku masyarakat secara signifikan. Maka pada gilirannya akan merusak sendi-sendi kebudayaan daerah atau nasional.
“Contohnya kini terjadi perubahan perilaku generasi muda, yang mengagungkan budaya luar, yang kebarat-baratan hingga menyebabkan hilangnya rasa kepedulian sosial, meningkatnya pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, yang akhir-akhir ini terjadi pada siswa sekolah,” jelas M Zeet.
Pelestarian dan pengembangan budaya merupakan tanggungjawab bersama, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat atau lembaga adat untuk berbuat sesuai kapasitas dan kewenangannya masing-masing. Pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, mediator dan motivator untuk memberikan ruang gerak, identifikasi, penggalian dan pengembangan serta apresiasi terhadap seni dan budaya daerah. Sedang kewajiban dan tanggungjawab lembaga adat, tokoh dan masyarakat adat adalah menggali, mengembangkan serta melestarikan budaya itu dalam setiap peluang melalui berbagai even promosi kebudayaan. Komitmen tersebut hendaknya harus didukung seluruh elemen masyarakat, termasuk dunia usaha untuk membangun keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif di bidang kebudayaan. “Untuk itu peran masyarakat melayu melalui MABM, kiranya mampu memanfaatkan tantangan dan ancaman menjadi peluang dan kekuatan. Disamping itu, MABM dapat menjadi wadah dalam menyuarakan apresiasi dan memotivasi masyarakat melayu dalam pelestarian dan pengembangan budaya melayu dengan manggali budaya dan adat istiadat melayu yang hampir punah dan terlupakan,” imbau M Zeet.
Melalui FSBM ke-X ini, diharapkan tidak saja hanya menjadi wadah dalam memberikan apresiasi dan pelestarian budaya melayu. Akan tetapi dapat menjadi bagian dari pencerdasan dan pencerahan menuju terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas. “Seni budaya melayu Kalbar diharapkan dapat terus digali dan dikembangkan serta dikemas menjadi salah satu icon budaya daerah dan dapat menjadi daya tarik bagi pengembangan wisata Kalbar,” harap Sekda.

No comments:

Post a Comment