Kapuas Hulu. Beberapa desa di Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat dikepung
banjir. Ini akibat hampir setiap harinya diguyur hujan. Wilayah yang dikepung
banjir diantaranya Desa Nanga Kalis, Kecamatan Kalis dan sekitarnya. Warga
tidak dapat beraktivitas ke sawah lantaran sudah lima hari direndam banjir.
Sebab banjir mengakibatkan sawah masyarakat tenggelam. Banjir pun mengakibatkan ikan-ikan di kolam warga banyak yang hilang. Beraktivitas, sampan menjadi andalan warga sebagai sarana transportasi.
Sebab banjir mengakibatkan sawah masyarakat tenggelam. Banjir pun mengakibatkan ikan-ikan di kolam warga banyak yang hilang. Beraktivitas, sampan menjadi andalan warga sebagai sarana transportasi.
“Rumah-rumah warga pun banyak yang kebanjiran. Termasuk
Kantor Desa, TK/PAUD, dan lain-lain. Banjir ini tidak hanya terjadi di Desa
Nanga Kalis, tetapi juga di desa yang berada di seberang (Desa Kalis Raya),”
ujar Abdurrahman Minan, Ketua BPD Nanga Kalis, Selasa (2/12) ketika dijumpai di
Desa Kalis.
Dikatakan Pak Man—sapaan akrab Abdurrahman Minan, lima
hari dilanda banjir, warga tidak bisa bekerja. Begitu para petani, tidak bisa
menggarap sawahnya akibat terendam air. Bahkan ancaman gagal panen pun menghantui
petani. “Di Desa Nanga Kalis ini ada sekitar 320 KK (Kepala Keluarga),
sedangkan di Desa Kalis Raya ada sekitar 65 KK,” ujarnya.
Pak Man berharap pemerintah daerah bisa membantu mereka.
Pasalnya sejak dilanda banjir, masyarakat tidak bisa ke sawah. “Kami mohon agar
jalan yang berada di Desa Nanga Kalis ini bisa ditingkatkan atau ditinggikan,
yaitu dari Dusun Karya Suci, Mentaba sampai ke Sabang, yang panjangnya sekitar
dua kilometer,” harapnya.
Pak Man juga berharap ada bantuan sembako dari pemerintah
daerah. Pasalnya ada beberapa warga sudah mulai kehabisan stock makanan. “Kita
juga harap kiranya pemerintah daerah bisa membantu bibit padi, karena banyak
sawah yang hancur,” ujar Pak Man.
Kepala Dusun Mentaba, Desa Nanga Kalis, Bintarman
menuturkan, banjir yang melanda wilayahnya akibat hujan yang turun secara terus
menerus beberapa hari ini. Bahkan banjir seperti ini kerap mereka rasakan tiap
tahunnya. “Hampir tiap tahun ada banjir, apakah sekali setahun atau dua kali,”
pungkasnya.
Dikatakan dia, rata-rata mata pencarian masyarakat
sebagai petani. Namun sejak lima hari ini, warga tidak bisa ke sawah karena
terendam air. Akibatnya mereka pun terancam gagal panen. “Memang ada harapan
warga, agar pemerintah meningkatkan jalan agar lebih tinggi. Supaya ketika terjadi
banjir, jalan tidak terlalu tenggelam. Karena ada jalan yang tenggelam hingga
batas pinggang orang dewasa,” ujar Bintarman.
Banjir di sejumlah kecamatan di Kapuas Hulu turut
menghentikan proses belajar mengajar. Seperti yang terjadi di SMAN 1 Kalis, di
mana pihak sekolah terpaksa meliburkan para siswa, karena banjir telah memotong
satu-satunya jalan menuju sekolah itu. Adanya perhentian proses belajar
mengajar di SMAN 1 Kalis dibenarkan Itoni, Kasi Kurikulum SMP, SMA dan SMK
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kapuas Hulu. “Kepala
sekolahnya mengatakan karena banjir di jalan menuju sekolah itu dalam, jadi dia
mengambil kebijakan untuk meiliburkan siswa. Kalau bangunan sekolahnya sendiri
belum terendam banjir,” terangnya.
Menurut Itoni, keputusan SMAN 1 Kalis dalam meliburkan
sekolah sebenarnya tidak diharapkan Dinas Pendidikan. Semestinya kepala sekolah
mengajukan dulu laporan keadaan sekolah ke Disdikpora Kapuas Hulu. Laporan
tersebut diketahui oleh Ketua Komite Sekolah, UPT Sekolah dan Camat setempat.
“Meliburkan sekolah tidak sembarangan, hanya atas
rekomendasi Disdikpora baru bisa libur. Apabila ada bencana alam yang
berpotensi mengganggu proses belajar mengajar, semestinya dilaporkan dengan
lampiran foto. Tapi kami sudah minta kepala sekolah SMAN 1 Kalis untuk membuat
laporan tersebut, perlu kita ketahui keadaan sebenarnya,” tuturnya.
Itoni menuturkan, pihaknya sangat mengharapkan agar
proses belajar mengajar di SMAN 1 Kalis kembali berlanjut. Hendaknya pihak
sekolah dapat mengkomunikasikan permasalahannya kepada pihak komite sekolah.
Sehingga dapat diupayakan solusi lain, baik untuk penyajian perahu agar siswa
dapat menyeberang ke sekolah, sehingga bisa mengikuti proses belajar. “Kita
sudah minta agar proses belajar mengajar itu tetap dilakukan. Terlebih sekarang
sudah mau mendekati masa ulangan umum,” tegasnya.
Selain SMAN 1 Kalis, memang ada beberapa sekolah yang
berpotensi menghentikan proses belajar mengajar, jika banjir semakin besar.
Sebagian besar sekolah tersebut berada di jalur Kapuas, mulai dari Selimbau,
Jongkong, Embaloh Hilir dan Bunut Hilir.
“Selama beberapa kali banjir melanda Kapuas Hulu, memang
sekolah-sekolah di kawasan ini tidak memberhentikan proses belajar mengajarnya.
Tapi kalau banjir semakin besar, itu mungkin saja terjadi. SMP 1 Embaloh
Hilir sudah melapor ke saya, air tinggal satu jengkal dari lantai sekolah.
Kalau memang nanti banjirnya masuk dan menggenangi ruangan belajar, terpaksa
mereka juga diliburkan,” ujar Itoni seraya menambahkan pihaknya akan segera membuat
surat edaran agar sekolah melaporkan kondisi banjir di lokasi masing-masing.
Sementara itu, Gunawan SE, Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu mengungkapkan, memang beberapa
hari ini rata-rata di kecamatan mengalami banjir akibat curah hujan yang begitu
tinggi. Namun rata-rata air belum sampai masuk ke rumah warga. Hanya ada
beberapa rumah saja yang kemasukan air. “Tetapi pada dasarnya banjir ini
mengakibatkan lahan pertanian banyak yang tergenang,” ujarnya.
Namun, kata Gunawan, ini merupakan banjir rutin dan
masyarakat sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. Sebab, biasanya tolak ukur
terjadi banjir di Kapuas Hulu, bila Kota Putussibau dan sekitarnya sudah
tergenang air. Namun sampai saat ini, Kota Putussibau masih aman dari banjir.
Walaupun di beberapa kecamatan terbilang banjir rutin, ini menurut Gunawan
sudah termasuk bencana. Sebab, definisi bencana adanya mengalami kerugian.
“Hanya saja untuk bencana itu, ada level tertentu yang mendapatkan bantuan,”
katanya.
Menurut dia, untuk memberikan bantuan ada tahapannya.
Salah satu instrumennya apakah ditentukan siaga bencana atau tanggap darurat.
Bila tanggap darurat adanya kejadian luar biasa dan perlu dibantu segera. “Tapi,
sebelumnya harus ada laporan dari kecamatan, Polsek, atau kepala desa. Kemudian
dirapatkan SKPD terkait. Dari hasil rapat SKPD lalu dituangkan dalam pernyataan
bupati mengenai status bencana, maka diberikan bantuan,” papar Gunawan.
BPBD, lanjut Gunawan, walaupun belum ada penetapan
statusnya, pihaknya tetap siaga dalam menghadapi kemungkinan banjir besar.
Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada, sebab curah
hujan belakangan ini sangat tinggi.
“Kepada camat harap laporkan bila ada kejadian. Dengan
memberi laporan bukan berarti harus selalu dibantu, hanya untuk melihat
perkembangannya. Apabila memang dirasakan perlu dibantu, baru kita memberikan
bantuan,” kata Gunawan.
Gunawan juga menjelaskan, BPBD hanya sekedar menetap
status siaga bencana atau tanggap darurat. Sementara mengenai penyaluran
bantuan ada mekanismenya. Akan dilihat apakah ada anggaran yang tersedia, dan
lain-lain. “Tetapi, kita bisa mengusulkan bantuan,” tegas Gunawan.
No comments:
Post a Comment