Tuesday 28 April 2015

Pesona Batu Red Arwana Kapuas Hulu


Mendengar nama red arwana, yang ada dibayangan kita tentu seekor ikan berwarna merah. Sebab, ikan habitatnya asli Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat ini sudah terkenal dengan harga mahalnya serta menjadi buruan para kolektor pencinta ikan hias.
Namun seiring dengan boomingnya batu akik, red arwana pun menjelma sebagai nama batu akik. Batu jenis ini menjadi buruan pencinta batu, tidak hanya di Bumi Uncak Kapuas-julukan Kabupaten Kapuas Hulu, tetapi juga di seluruh Kalbar, bahkan Indonesia.
Bisa dikatakan untuk dijadikan mata cincin, batu red arwana terbilang baru. Apalagi bila dibandingkan batu kecubung, bacan, giok atau jenis lainnya yang duluan terkenal. Tetapi karena merupakan jenis baru itulah, batu red arwana kini menjadi buruan. Apalagi, batu red arwana ternyata memiliki pesona tersendiri bila dibuat sebagai mata cincin.
Jangan membayangkan red arwana merupakan bongkahan batu besar seperti batu pada umumnya. Sebab, red arwana hanya sebuah krikil seperti batu kali pada umumnya. Ada yang berukuran sebesar kelereng hingga seberat sekitar setengah kilo. Namun untuk ukuran besar sangat jarang ditemukan. Begitu pula bentuknya, ada yang bulat, lonjong, bahkan pipih.
Jangan pula dikira batu red arwana mendapatkannya di atas atau dalam tanah. Pasalnya untuk menemukan batu jenis ini harus diselam dengan kedalaman air sekitar lima meter. Kecuali saat musim kemarau, batunya agak mudah diraih. Atas dasar itulah, Komunitas Pencinta Batu Kapuas Hulu akhirnya memberi nama jenis batu ini red arwana. Sebab hanya ada di dalam air. Selain itu, keelokan batu ini pun disamakan dengan ikan arwana yang sudah ternama. Apalagi batu jenis ini masih diyakini hanya ditemukan di daerah perhuluan Sungai Kapuas di Kapuas Hulu.
Batu tersebut pun dikategorikan beberapa jenis. Bila dominan warna merah disebut red arwana. Namun bila dominan warna kuning disebut egg arwana atau telur arwana. Ada pula red arwana super. Itu bila batu cincin yang dihasilkan berwarna merah pekat atau nyaris hitam. Tetapi, bila disenter warna merahnya menyala.
Seiring peminat terhadap red arwana semakin banyak, perburuan terhadap jenis batu ini pun kian ramai. Hanya saja, untuk mendapatkan batu ini tidak mudah dan penuh perjuangan. Bahkan saat ini masih diyakini, batu red arwana hanya ada di Kapuas Hulu. Tepatnya di daerah perhuluan Sungai Kapuas. Itu pun hanya bisa ditemukan di satu lokasi saja.
 Salah seorang pencari batu red arwana, Zaini yang merupakan warga Desa Suka Maju, Kecamatan Putussibau Selatan. Menurutnya, untuk mendapatkan jenis batu ini tidak mudah. Nyawa pun sebagai taruhannya. Saat ini, batu red arwana hanya ditemukan di sungai yang masyarakat setempat menyebutnya Kapuas Goa. Sungai ini merupakan anak Sungai Kapuas yang berada antara Desa Balang dengan Desa Koreho.
Namun Sungai Kapuas Goa tidak bisa diarungi, baik menggunakan speedboatlongboat, sampan atau sejenisnya. “Sungai itu tidak bisa kita lalui, karena dipenuhi bebatuan, arung jeram dan arusnya pun sangat deras,” beber Zaini, Sabtu (25/4).
Menurut pria berusia 34 tahun ini, untuk menuju lokasi pencarian batu red arwana pun tidak mudah. Dari desanya, Zaini harus menyusuri Sungai Kapuas dengan menggunakan longboat sekitar setengah hari. Setelah sampai di daerah Batu Tibang, kendaraan airnya ditambat. Perjalanan selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki selama satu hari setengah. Perjalanan yang harus dilalui pun berupa hutan dan naik turun bukit.
Ketika sampai di lokasi Sungai Kapuas Goa pun tidak serta merta dapat menemukan batu red arwana. Batu jenis ini hanya bisa ditemukan di relung sungai air turun di bebatuan cadas besar. Sehingga dapat dibayangkan kuatnya arus di lokasi tersebut.
Setelah perburuan selesai, mereka harus memikul batu-batu tersebut dalam karung dengan menempuh perjalan pulang yang amat jauh dan melelahkan. “Ke dalaman air sekitar lima meter,” ujar bapak dua anak ini.
Diceritakan Zaini, seiring batu akik menjadi tren, ada seseorang yang membuat mata cincin dengan batu jenis batu red arwana. Ternyata mata cincin yang dihasilkan dari batu tersebut memiliki pesona tersendiri. Akhirnya masyarakat di Desa Suka Maju teringat bahwa batu jenis itu pernah ditemukan di Sungai Kapuas Goa. Di mana waktu itu, masih banyak musim sarang burung walet.
Awalnya batu red arwana tidak memiliki harga yang begitu tinggi. Lambat laun, karena peminatnya semakin ramai, batu red arwana pun semakin berharga. Untuk di Putussibau saja, paling murah per kilonya dijual Rp500 ribu. Itu pun harus pesan dahulu, karena jenis batu ini tidak selalu tersedia. Kecuali ada orang yang mau turun ke Sungai Kapuas Goa untuk mengambilnya.
Tidak hanya pencinta batu akik di Kapuas Hulu, red arwana juga sangat diminati dari kabupaten/kota di Kalbar. Bahkan dari provinsi di luar Kalbar pun banyak yang memesan batu red arwana. “Bahkan ada orang dari Kabupaten Landak langsung datang ke desa kami untuk membeli batu red arwana. Seperti beberapa hari lalu mereka membeli sebanyak satu pickup,” bebernya. Menurut Zaini, dia sudah tiga kali ke Sungai Kapuas Goa untuk mencari batu ini. Untuk mencari batu ini, ia bekerja berkelompok yang berjumlah enam orang. Perburuan batu ini memakan waktu paling sedikit tujuh hari. Sehingga mereka harus menginap di lokasi pencarian. Untuk itu, berbagai perbekalan makan dan minum pun selama pencarian batu mereka persiapkan. “Persiapan kami untuk bekal makan minum, setidaknya Rp3 juta. Kalau perbekalan kami habis baru pulang. Biasanya pencarian batu selama seminggu, bahkan lebih,” jelasnya.
Bila beruntung maka banyak batu yang dibawa pulang. Tetapi, bila lokasi penyelaman ternyata tidak banyak batu jenis red arwana, maka mereka pun harus siap kecewa. Seperti terakhir kelompok Zaini turun, masing-masing hanya mendapatkan delapan kilo. Apalagi saat ini sudah banyak juga rombongan lain di desanya yang berburu batu red arwana. Ia pun tidak tahu apakah batu red arwana ini masih banyak atau tidak. Lantaran keberadaannya di air dalam.
 “Setelah ini saya tidak mau lagi mencari batu red arwana, karena sangat melelahkan. Saya merasa tidak sanggup lagi turun ke lokasi itu,” tutup pria yang kesehariannya sebagai petani ini.
Sementara Aleng, seorang kolektor batu akik dan sekaligus penampung batu red arwana menuturkan, memang saat ini jenis batu red arwana menjadi buruan. Pasalnya, kualitas batu red arwana terbilang baik apabila dijadikan mata cincin atau pun liontin. Bahkan banyak orang dari luar Kapuas Hulu memesan batu red arwana kepada kepada dirinya. Tidak hanya dari Kota Pontianak dan daerah lainnya di Kalbar, tetapi juga dari luar Kalbar. Yang paling sering dari Jawa dan Jakarta.
Ketika mulai dijadikan mata cincin, mulanya harga batu red arwana hanya sekisaran Rp100 ribu-Rp200 ribu. Tetapi, setelah peminat batu ini semakin banyak, harganya pun melejit hingga Rp500 ribu per kilo. Bahkan bisa mencapai harga Rp700 ribu hingga Rp1 juta ketika dikirim ke Jawa dan Jakarta. Sementara harga batu cincin red arwana yang telah jadi dihargai paling murah Rp300 ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung kualitas cincin yang dihasilkan. Ia pun memprediksi batu red arwana akan semakin tinggi seiring peminatnya yang semakin ramai. Sementara batunya semakin sulit didapatkan.
Menurut Aleng, red arwana merupakan jenis batu baru yang dijadikan mata cincin atau liontin. Karena itulah, jenis batu ini menjadi buruan. Selain keras, batu ini sudah memiliki testur yang licin dan mengkilap. Setelah diasah atau diolah menjadi mata cincin maka akan semakin mengkilap.

3 comments:

  1. Saya punya red arwana super bentuk nya persis biji salak apakah itu disebut buntat atau tetap red arwana super.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete