Putussibau. Pembukaan Festival Seni Budaya Melayu (FSBM)
ke-X tingkat Provinsi Kalimantan Barat di Kabupaten Kapuas Hulu berlangsung meriah. Ribuan warga Kapuas Hulu dan Kalbar
pada umumnya memadati lokasi kegiatan di Stadion Uncak Kapuas, Putussibau, Kamis (18/12)
malam.
Ketua Panitia Pelaksana FSBM ke-X, Drs H Hasan M MSi mengatakan, seni budaya melayu telah hidup dan tersebar di Kalbar. Ini merupakan, hasil kreativitas dari seni dan tokoh melayu lainnya. Seni budaya melayu ini menjadi khazanah melayu di Kalbar. “Adanya MABM (Majelis Adat Budaya Melayu) di seluruh kabupaten/kota di Kalbar, sebagai wadah untuk menjaga melayu yang ada di Kalbar. Hal ini sesuai dengan visi dan misi MABM,” ujar Hasan.
Ketua Panitia Pelaksana FSBM ke-X, Drs H Hasan M MSi mengatakan, seni budaya melayu telah hidup dan tersebar di Kalbar. Ini merupakan, hasil kreativitas dari seni dan tokoh melayu lainnya. Seni budaya melayu ini menjadi khazanah melayu di Kalbar. “Adanya MABM (Majelis Adat Budaya Melayu) di seluruh kabupaten/kota di Kalbar, sebagai wadah untuk menjaga melayu yang ada di Kalbar. Hal ini sesuai dengan visi dan misi MABM,” ujar Hasan.
Pembukaan FSBM ke-X ditandai ditekannya tombol serine
oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar Drs M Zeet Hamdi Assovie MTM yang
langsung disambut dengan pesta kembang api. Kemeriahan pada pembukaan yang
dihadiri ribuan warga ini begitu kentara. Dalam acara pembukaan ini hadir pula
Wakil Bupati Kapuas Hulu Agus Mulyana SH MH, Anggota DPRI RI dapil Kalbar dari
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan, Anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) RI Abdurrahmi, Bupati Melawi Firman Muntaco, mantan Bupati Kapuas Hulu
Abang Tambul Husin, jajaran Forkompinda Kapuas Hulu dan tamu undangan lainnya.
Ketua Umum MABM Kalbar, Prof Dr Chairil Efendy menganggap
pelaksanaan FSBM kali ini sangat istimewa. Sebab, diadakan di jantung Pulau
Kalimantan atau yang biasa disebut dengan Heart of Borneo.
Sehingga sangat tepat bila Kapuas Hulu mendeglarasikan dirinya sebagai Kabupaten
Konservasi. Dengan hutannya, Kapuas Hulu memberikan kehidupan, bukan hanya
kepada Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia. “Dari wilayah inilah Sungai
Kapuas yang ribuan kilometer panjangnya itu, dan membelah sejumlah kota di
Kalbar menjadi salah satu sungai terpanjang di dunia,” kata Chairil.
Selain itu, kata Chairil, Kapuas Hulu memiliki dua taman
nasional, yaitu Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan Taman Nasional Betung
Kerihun (TNBK). Danau Sentarum begitu besar, luas dan cantik. Begitu pula
dengan Betung Kerihun merupakan wilayah rain forest-nya sangat eksotis, kaya
akan flora dan fauna, kaya akan plasma nutfah. Kapuas Hulu adalah paru-paru
dunia bersama dengan hutan hujan di Brazil. Bila wilayah ini rusak, maka
ekosistem dunia menghadapi malapetaka. “Dengan ini tekad Bupati Kapuas Hulu
serta seluruh masyarakat daerah ini, untuk menjadikan wilayahnya sebagai
Kabupaten Konservasi. Tekad mulia itu harus kita dukung bersama, karena
menyangkut kelangsungan hidup umat manusia,” tegas Chairil.
Sedangkan terkait pelaksanaan FSBM ke-X, Chairil
mengatakan adat sebagai kebiasaan yang turun-temurun perlu ditata dan
dikembangkan. Sebab, adat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Sebagaimana manusia, adat juga selalu berubah. Adat berkembang sesuai dengan
perubahan zaman. “Dalam perubahan zaman, yang sangat cepat seperti sekarang
ini, kita harus hati-hati menjaga dan mengembangkan adat,” imbau Chairil.
Bupati Kapuas Hulu AM Nasir SH menambahkan kegiatan FSBM
ke-X yang selama enam hari di Putussibau ini diharapkan berjalan aman dan
tertib. FSBM tentunya menjadi sarana strategis untuk meningkatkan khazanah
budaya melayu di Kalbar. Sebab, Kalbar merupakan provinsi yang memiliki
keragamam budaya, adat istiadat dan lainnya. Yang tidak kalah penting di FSBM
ini diharapkan dapat mempererat silaturahmi, antara semua suku di Kalbar. “Dengan
adanya perkembangan teknologi sekarang ini, banyak pemuda tidak mengenal seni
budayanya. Maka dengan adanya FSBM, merupakan upaya MABM Kalbar dan
kabupaten/kota untuk melestarikan budaya melayu kepada generasi muda,” ujar
Nasir.
Dengan digelarnya FSBM, lanjut Nasir dalam rangka
melestarikan kebudayaan melayu yang mulai punah di tengah masyarakat.
“Kepercayaan untuk menjadi tuan rumah FSBM ke-X ini menjadi kehormatan yang sangat
tinggi dari MABM Kalbar kepada Pemkab dan seluruh masyarakat Kapuas Hulu,” ucap
Nasir.
Sekda Kalbar, M Zeet dalam sambutannya mengatakan Kalbar
harus siap menghadapi era perekonomian global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
pada tahun 2015. Sebagai anggota Asean, mau tidak mau Indonesia, termasuk
Kalbar harus siap memasuki era perekonomian global MEA. Sebab, seluruh negara
Asean sudah sepakat untuk tidak membatasi barang, jasa maupun investasi, bahkan
diberikan kemudahan, baik izin maupun prosedur yang sederhana. “Akibatnya MEA
tersebut tentunya akan berdampak masuknya budaya asing ke Indonesia yang tak
disadari, tak dapat dicegah dan tak dapat disaring lagi,” ujar M Zeet.
Apalagi, menurut Sekda, saat ini perkembangan zaman dan
derasnya pengaruh globalisasi yang melanda dunia sebagai akibat dari kemajuan
informasi dan teknologi, tidak dapat dihindari. Ini tentunya akan terjadi
benturan dengan budaya luar yang masuk dalam komunitas masyarakat adat. Bila
tidak hati-hati dihindari dalam menyaring dan menyikapi masuknya paham-paham,
norma dan perilaku budaya asing dari luar terutama yang destruktif, maka
gilirannya akan merusak mental, merubah perilaku masyarakat secara signifikan.
Maka pada gilirannya akan merusak sendi-sendi kebudayaan daerah atau nasional.
“Contohnya kini terjadi perubahan perilaku generasi muda,
yang mengagungkan budaya luar, yang kebarat-baratan hingga menyebabkan
hilangnya rasa kepedulian sosial, meningkatnya pergaulan bebas, penyalahgunaan
narkoba, HIV/AIDS, yang akhir-akhir ini terjadi pada siswa sekolah,” jelas M
Zeet.
Pelestarian dan pengembangan budaya merupakan
tanggungjawab bersama, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
masyarakat atau lembaga adat untuk berbuat sesuai kapasitas dan kewenangannya
masing-masing. Pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, mediator dan motivator
untuk memberikan ruang gerak, identifikasi, penggalian dan pengembangan serta
apresiasi terhadap seni dan budaya daerah. Sedang kewajiban dan tanggungjawab
lembaga adat, tokoh dan masyarakat adat adalah menggali, mengembangkan serta
melestarikan budaya itu dalam setiap peluang melalui berbagai even promosi
kebudayaan. Komitmen tersebut hendaknya harus didukung seluruh elemen
masyarakat, termasuk dunia usaha untuk membangun keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif di bidang kebudayaan. “Untuk itu peran masyarakat melayu melalui
MABM, kiranya mampu memanfaatkan tantangan dan ancaman menjadi peluang dan
kekuatan. Disamping itu, MABM dapat menjadi wadah dalam menyuarakan apresiasi
dan memotivasi masyarakat melayu dalam pelestarian dan pengembangan budaya
melayu dengan manggali budaya dan adat istiadat melayu yang hampir punah dan
terlupakan,” imbau M Zeet.
Melalui FSBM ke-X ini, diharapkan tidak saja hanya
menjadi wadah dalam memberikan apresiasi dan pelestarian budaya melayu. Akan
tetapi dapat menjadi bagian dari pencerdasan dan pencerahan menuju terwujudnya
sumber daya manusia yang berkualitas. “Seni budaya melayu Kalbar diharapkan
dapat terus digali dan dikembangkan serta dikemas menjadi salah satu icon
budaya daerah dan dapat menjadi daya tarik bagi pengembangan wisata Kalbar,”
harap Sekda.
No comments:
Post a Comment