Sekitar 18 personil yang terdiri dari anggota Restik, Reskrim, Shabara dan tim kesehatan dikerahkan pada tes urine warga binaan Rutan Klas IIB Putussibau. Sebagian besar petugas masuk ke dalam Rutan bersiap-siap melakukan tes urine, termasuk petugas polisi berseragam. Belum sempat dilakukan tes urine, ternyata warga binaan telah berkumpul di depan teralis besi di blok halaman tahanan.
Begitu melihat petugas kepolisian, emosi para warga binaan ini
tersulut. Ada yang berteriak-teriak mengusir kedatangan petugas. Bahkan
ada pula yang mengambil batu bata dan dipecahkan ke teralis. Sepertinya
batu bata ini akan dipersiapkan untuk melempar petugas kepolisian.
Tak ayal situasi ini pun membuat petugas Rutan kerepotan. Untuk
menenangkan warga binaan ini, akhirnya petugas kepolisian pun keluar
dari dalam Rutan.
Tidak lama, Kepala Rutan Klas IIB Putussibau Rony K AMdIP SH MH
bersama anak buahnya menenangkan dan memberikan pengertian kepada warga
binaannya. Benar saja, setelah aparat kepolisian sudah keluar, warga
binaan ini dapat ditenangkan. Sementara petugas kepolisian balik kanan
dan membatalkan kegiatan mereka.
Kasat Narkoba Polres Kapuas Hulu, AKP Abdullah Syam yang memimpin
kegiatan tersebut mengatakan, karena situasi tidak memungkinkan,
akhirnya tes urine terhadap warga binaan ini dibatalkan. Saat ini,
katanya Kepala Rutan sedang berbicara kepada warga binaannya untuk
diberikan pengertian.
“Sehingga nanti menunggu timing yang tepat dalam pemeriksaan warga
binaan. Kegiatan ini gagal, karena warga binaan tidak koperatif. Tapi
saat ini Ka Rutan dan petugasnya sedang memberikan penjelasan sama warga
binaannya,” katanya.
Menurut Syam, kegiatan mereka ini dua hari sebelumnya telah
dikoordinasikan dengan pihak Rutan. Selain tes urine, mereka pun
bermaksud melakukan penggeledahan warga binaan untuk mencari
barang-barang illegal lainnya seperti senjata tajam. Tujuan dari operasi
ini, selain dalam rangka menjaga Kamtibmas dan operasi Pekat yang saat
ini sedang berjalan, juga sehubungan dengan ditemukannya paket sabu
milik warga binaan beberapa hari yang lalu,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, pada Jumat (28/6) sekitar pukul 11.00, petugas
Rutan Klas IIB Putussibau berhasil menggagalkan paket sabu seberat
sekitar satu gram dikirim dari Pontianak melalui Bus Perintis. Paket
sabu milik warga binaan bernama Dede tersebut disembunyikan dalam toples
yang berisikan sambal tumis bersama makanan ringan lainnya, dikemas
dalam paket kardus kecil. “Sehingga kami bermaksud mengambil tindakan preventif. Untuk
waktu-waktu berikutnya, kita berharap warga binaan dapat kooperatif.
Untuk itu kita serahkan kepada pihak Rutan, kapan waktu yang tepat
melakukan kegiatan ini,” kata Kasat.
Kepala Rutan Klas IIB Putussibau menuturkan, mengamuknya warga
binaannya lantaran mereka trauma melihat polisi. Apalagi aparat
kepolisian yang datang dalam jumlah banyak. “Seharusnya kepolisian tidak
perlu ramai-ramai, biasa-biasa saja. Saya pun kaget mereka datang
ramai,” kata Rony.
Ramainya pihak kepolisian yang datang ini, awalnya sempat Rony
pertanyakan kepada Kasat Narkoba. Sebab untuk melakukan tes urine kepada
warga binaan ini harus melalui pendekatan kekeluargaan. “Padahal
rencananya yang akan dilakukan tes urine hanya kepada tersangka sabu
kemarin saja, bukan semua warga binaan,” ucap Rony.
Menurut Rony warga binaan telah diberikan penjelasan, bahwa
kedatangan petugas kepolisian bukan untuk menyakiti mereka, namun
melakukan tes urine hanya kepada tersangka sabu kemarin. Setelah
mendapatkan pengarahan tersebut, mereka pun dapat menerima. “Untuk kapan
bisa dilakukan tes urine lagi, kita akan melihat kondisinya,” jelas
Rony.