
Yang luar biasa,
kegiatan tersebut terselenggara berkat swadaya masyarakat setempat. Mereka saling
menyumbang untuk acara itu.
"Di setiap
rumah, lauk pauknya kita sudah tentukan menu nya. Siapa yang bisa memasak
sambal haji dolah, paceri nanas, ya masak itu. Jadi tidak terpusat. Setiap
rumah ada tugas masing-masing," ungkap Ketua RT 3/RW 1 Gang Bansir 2,
Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Ade Hermanto, Sabtu
(21/10) pagi.
Saprahan tersebut
mereka lakukan, ia menerangkan, sebagai bentuk melestarikan budaya agar tidak
punah ditelan kemajuan zaman. Supaya generasi muda mengetahui dan belajar adat
istiadat saprahan.
"Jadi ini
makan bersama, sama derajatnya. Tidak ada perbedaan suku, ras, agama, dan
kedudukan. Untuk melestarikan budaya yang ada, dan ini merupakan ide dari
masyarakat," jelas Ade.
Saprahan ini
difokuskan di Gang Bansir 2. Sajian makanannya tersusun rapi tanpa
menghilangkan kearifan lokal cara penyajiannya. Sepanjang sekitar 210 meter,
melibatkan sekitar 750 warga.
Wakil Wali Kota
Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, dan Kapolsek Pontianak Selatan, Kompol A. Mukhtar,
terlihat menghadiri acara ini. Sebelum memulai makan saprahan, warga setempat
mempersembahkan tarian tradisional kepada tamu.
Ade melanjutkan,
tidak hanya mengenalkan budaya, saprahan juga untuk mempererat silaturahmi. Para
tamu yang hadir tidak ada yang dibedakan. “Ibarat pepatah
mengatakan, duduk sama rendah berdiri sama tinggi,” tuturnya.
Lanjut dia, Wakil
Wali Kota Edi Kamtono berencana memecahkan rekor MURI untuk saprahan terpanjang.
Ade sangat mendukung wacana tersebut. "Kami apresiasi
ide dari Wakil Wali Kota sehingga kami siap untuk mensukseskan rekor MURI tahun
depan," tukas Ade.
Usai makan, Edi menjelaskan,
saprahan yang digelar warga Bansir merupakan tradisi setempat dalam memeriahkan
Hari Jadi Kota Pontianak. Makan saprahan, kata dia, merupakan budaya Melayu
dalam menyambut atau menghormati tamu, yang diimbangi kesenian budaya seperti
pakaian khas Telok Belanga dan Baju Kurung.
"Dengan
adanya kegiatan ini, semoga bisa meningkatkan silaturahim dan melestarikan
serta mengangkat budaya khas Melayu," ucapnya.
Edi meminta ada
inovasi pada acara saprahan mendatang. Ia membenarkan wacana membuat rekor MURI
saprahan terpanjang. Ancer-ancer upaya memecahkan rekor tersebut dilaksanakan
di Gang Bansir yang melingkar hingga ke gang sebelahnya. "Sehingga,
kalau kita hitung, panjang dan pesertanya bisa mungkin ribuan, dengan varian
makanan yang khas," jelas mantan Kepala Dinas PU Pontianak ini.
Nah, ia
menerangkan, jika kegiatan itu bisa dikemas dan terorganisir, mendatangkan
pertumbuhan ekonomi tersendiri. "Masyarakat luar bisa datang dan kita bisa
berikan space khusus untuk mereka, sama-sama untuk makan saprahan ini dan ini
merupakan destinasi wisata unggulan juga," imbuh Edi.
Untuk menarik
wisatawan dari luar negeri ikut saprahan di Pontianak, ia menyebut cukup mudah
dilakukan. “Kita streaming di media social, kita bumbui dengan entertain dan
hal-hal yang membuat nilai plus untuk membuat mereka penasaran dan akhirnya
datang," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment