
Jangankan di skala nasional, di lingkup rumah tangga saja, perempuan
tidak diberikan kehormatan yang sepadan. Sebab sebelum perjuangan
perempuan diakui, tugas perempuan hanya berkisar di dapur, sumur dan
kasur.
Lambat laun, kaum Hawa bangkit. Slogan emansipasi wanita pun membahana. Perempuan meminta hak yang sama atas dasar kesamaan gender. Tidak hanya mengenai pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.
Lambat laun, kaum Hawa bangkit. Slogan emansipasi wanita pun membahana. Perempuan meminta hak yang sama atas dasar kesamaan gender. Tidak hanya mengenai pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.
Kaum perempuan memperjuangkan kesamaan gender memiliki historis yang
panjang. Hingga akhirnya pada setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai
hari perempuan internasional. Perayaan ini pertama kali muncul saat
kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada
tanggal 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes
terhadap hal yang mereka rasakan tentang kondisi kerja yang sangat buruk
dan gaji sangat rendah. Kemudian banyak lagi rentetan-rentetan
kejadian, yang akhirnya kesetaraan gender meluas secara sporadis ke
semua sektor kehidupan.
Perlakukan diskriminatif terhadap perempuan tidak hanya terjadi di
berbagai belahan dunia. Pasalnya pada zaman sebelum kemerdekaan,
Indonesia juga kental diskriminatifnya terhadap kaum hawa. Nuansa inilah
yang sangat dirasakan RA Kartini, yang ia keluhkan dalam surat kepada
teman-temannya di Belanda. Hingga akhirnya RA Kartini dianggap sebagai
pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Selain dinobatkan sebagai
pahlawan nasional, tanggal kelahiran RA Kartini ditetapkan sebagai hari
emansipasi wanita Indonesia. Hingga akhirnya setiap tanggal 21 April,
kita lebih mengenalnya dengan hari Kartini.
Namun banyak wanita di belahan dunia ini mengartikan emansipasi
secara salah kaprah. Seolah-olah semua yang dilakukan laki-laki harus
juga bisa dilakukan perempuan. Yang akhirnya menjatuhkan martabat
perempuan itu sendiri.
Kebablasan emansipasi wanita salah satunya yang sangat kental, yaitu
di bidang olahraga. Bayangkan semua olahraga laki-laki, zaman sekarang
ini diborong habis kaum Hawa. Kalau ada sepak bola pria, wanita pun
tidak ketinggalan bermain bola. Bahkan yang lebih parah olahraga keras
seperti tinju pun digeluti kaum Hawa.
Kebablasan emansipasi lainnya, banyak perempuan yang tidak peduli
dengan kehidupan rumah tangganya. Mentang-mentang memiliki karier bagus,
tugas utama serta mulia seorang perempuan selaku istri dan ibu
diabaikan. Bahkan tidak sedikit seorang perempuan saat ini tidak bisa
melakukan pekerjaan dapur. Yang lebih parah lagi mereka enggan menyusui
bayinya dan menggantikannya dengan susu bubuk. Semua pekerjaan tersebut
tinggal dipercayakan kepada pembantu. Masih banyak lagi yang dilakukan
perempuan dewasa ini, yang secara langsung dan tidak langsung menjatuhi
kodratnya sebagai kaum yang lembut, anggun dan pengasih.
RA Kartini memperjuangkan emansipasi tanpa menghilangkan kodratnya
sebagai perempuan. Hal ini tersirat dalam suratnya kepada Prof Anton dan
istrinya pada 4 Oktober 1902: ”Kami di sini memohon diusahakan
pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami
menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam
perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar
sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya,
kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu,
pendidik manusia yang pertama-tama,” tulisnya.
Kita sepakat, emansipasi harus diperjuangkan sebagai wujud kesamaan gender.
Sehingga hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki setara. Namun
pastinya antara perempuan dan laki-laki, tidak lepas dari kodratnya
masing-masing.