
Tapi jangan heran kalau Kelenteng Darma Suci di Uncak Kapuas itu usianya lebih tua dari Kota Putussibau. Kelenteng itupun berdandan seadanya jelang Imlek dan Capgome 2015. Tidak seperti di Kota Pontianak yang bersolek rapi dan indah, apalagi Kota Singkawang yang berjuluk seribu kelenteng, di Kapuas Hulu tidak gampang mencari rumah ibadah umat Konghucu.
Karena satu-satunya, tidak sulit menemukan kelenteng yang
berada di pusat kota, sekitar 500 meter dari jalan raya dan Jembatan Kapuas.
Seperti kelenteng pada umumnya, Kelenteng Darma Suci juga bercat merah dan
memiliki altar persembahyangan. Terlihat tempat hio yang selalu penuh bekas
dibakar abunya berserakan ditungku. Begitu juga warga Tionghoa setempat
sembahyang dengan meletakkan buah jeruk yang tersusun rapi di piring.
Ternyata, dari penelusuran kepada para tetua Tionghoa di
Putussibau, Kelenteng Dharma Suci sudah ada sejak abad ke-18 Masehi. Tanyakan
kepada semua orang tua di sana, jawabannya sama, sudah ada kelenteng sebelum
ibukota Kapuas Hulu terbentuk. Berarti satu abad mendahului karena Putussibau
berdiri tanggal 1 Juni 1895, pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda.
She Pin, Ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin)
Kapuas Hulu pun tidak mampu menjelaskan kapan sejarah Kelenteng Darma Suci
dibangun. Sama seperti tokoh-tokoh Tionghoa lainnya, ia mengatakan kelenteng
tersebut sudah ada sejak abad ke-18 Masehi.
“Saya pun tidak tau pasti kapan berdirinya kelenteng itu.
Ketika saya Tanya kepada orangtua saya yang usianya lebih dari 70 tahun saja
tak tahu kapan kelenteng itu berdiri,” katanya, ketika ditemui di kediamannya
di Jalan Lintas Utara Kecamatan Putussibau Utara, Kamis (18/2).
Menurut She Pin, semua tetua Tionghoa di Putusibau dan
Kapuas Hulu yang pernah dihubunginya menjelaskan kalau kelenteng itu sudah
sangat tua. Dimungkinkan rumah ibadah itu lahir bersamaan dengan kedatangan
warga Tionghoa ke Kalimantan dan sebagian mereka mendirikan pemukiman di hulu
Sungai Kapuas itu. Menurut cerita-cerita orangtua kami kelenteng sudah berusia
ratusan tahun. Sebelum Kota Putussibau berdiri kelenteng sudah ada,”
pungkasnya.
Hanya saja, Kelenteng Darma Suci sebelumnya tidak
terjepit di anatara ruko seperti sekarang ini. Awalnya kelenteng dibangun di
pinggiran Sungai Kapuas sebagaimana kelenteng Dewi Kwan Im di sebelah Pasar
Kapuas Indah Pontianak itu. Karena abrasi yang menggerus bibir pantai membuat
kelenteng ikut terkikir lantas dipindahkan lebih jauh dari bibir Sungai Kapuas.
Ternyata abrasi terus mengejar bangunan-bangunan yang berada
di tepi sungai, Kelenteng Darma Suci dipindahkan lagi dengan dibangun ulang di
lokasi sekarang ini. Ditempatnya sekarang ini saja, kelenteng tersebut sudah
tiga kali rehab, yang semula kecil berangsur angsur besar, walaupun tidak
megah. Diakui She Pin, di Kota Putussibau hanya ada kelenteng Darma Suci.
Sehingga semua warga Tionghoa yang beragama Khonghucu sembahyang di kelenteng
itu.
Kelenteng tua itupun berbenah walau tak semeriah Kota
Singkawang dan Pontianak dalam menyambut Hari Raya Imlek dan Capgome 2566.
Populasi warga Tionghoa sendiri di Kapuas Hulu, terbesar di Kota Putussibau,
walaupun di setiap kecamatan selalu ada yang bermukim dan berbaur dengan
masyarakat setempat. “Semua warga Tionghoa yang Konghucu di Kota Putussibau
sembahyang di kelenteng ini. Kami akan gotong royong bersih-bersih, karena
ibadah malam pergantian tahun akan dilangsungkan di kelenteng Dharma Suci ini,”
kata She Pin.
Apa harapannya di Tahun Baru Imlek 2566 sebagai Tahun
Kambing? Kata She Pin, pergantian dari tahun kuda ke tahun kambing kayu tentu
ada perbedaan dan karakternya. Bila di tahun kuda banyak terjadi kekerasan di
berbagai bidang seperti politik, keamanan, bahkan bisnis, maka tahun kambing
lebih lunak. “Di tahun kambing kayu tidak terlalu keras seperti tahun kuda. Tidak
ada kekerasan atau gejolak dunia,” pungkasnya.
Walaupun cuma ada satu kelenteng di Putussibau, tidak
berarti malam pergantian tahun dibiarkan berlalu. Akan ada sembahyang warga
menyambut Imlek dan meryakan tahun baru dengan sukacita. Begitupun dengan kelenteng
yang ada di Bunut, Jongkong dan Silat, akan dipenuhi warga untuk berdoa bagi
keselamatan menyambut tahun harapan.
lebih tua dari republik ini..
ReplyDelete